Tuesday 2 September 2014

CATATAN TANJUNG BARU



CERPEN

CATATAN TANJUNG BARU

OLEH : ASMARI PUISI

Cerita ini haya piktif belaka

Mobil Bis Pariwisata udah tiba di depan jalan Gedung SMU N 3 Abu abu, ada kunjungan ke salah satu wisata Pantai Tanjung Baru . “Kenapa sih kok mesti Tanjung baru.. kan ada yang lebih bagus gitu..?”  kata salah satu siswa yang akan ikut pada rombongan.
Mungkin sang panitia sengaja memilih pantai Tanjung Baru, karena bia sekalian tahu, dan untuk menambah pengalaman baru. Soalnya bila yang di tuju hal yang sudah sering di lihat mungkin akan bosan juga. Mungkin gak akan punya cerita baru.

Hari semakin panas saja, matahari semakin siang terlihat semakin tinggi. Mobil Bis yang tadi kosong sekarang sudah penuh oleh rombongan siswa SMU N 3, Dan perjalanan pun akan segera dimulai “Anak-anak sebelum berangkat baca Do’a dalam hati agar perjalanan kita selamat dan lancer.. Amiin.” Kata salah satu Guru yang ikut membimbing.

Roda ban mobil bis pelan-pelan berputar… awalnya begitu lambat, lama kelamaan perputaran roda bi situ semakin cepat mengikuti jarum yang ada pada kilometernya, sesekali sang sopir melihat kilometer yang ada di dekatnya untuk melihat kecepatan yang dilajunya.

Tak terasa perjalanan pun hamper tiba disuatu tempat tujuan, dan kebanyakan dari awak rombongan tertidur, tapi ada juga asyik maen game di HP nya, ada pula yang lagi ngedengerin music.

“Ini saya belok apa luru.. Cuy…” kata pak supir…  bertanya pada anak-anak
“belok.. belok.. belok.. tuh ada Plang nya..” kata anak-anak dijawab serempak..

Dan tak lama kemudian sampailan rombongan itu tiba disuatu tempat Pantai Tanjung Baru.

Mobil pun diparkirnya, lalu satu persatu rombongan turun dari mobil, Nina dengan dua orang gengnya turun paling akhir. Kemanapun pergi Mereka sesalu bertiga, “Namanya juga satu geng, ya iyalah…” celetuknya. Tiap kali ada yang Tanya..”bertiga melulu nich…”.

Study tour kali ini siswa ditugaskan untuk membuat Makalah tentang “Pantai Tanjung Baru” jelas saja gengnya Nina baru aja turun udah siap – siap mempersiapkan segudang pertanyaan buat mewawancarai ke tiap orang yang bisa memberikan informasi tetang Pantai tanjung baru.  Mulai dari latar belakang sampai ke BAB  penutup. “Ok dech.. ciapa takut..” ucapnya..

“Hmmm…. Pantainya luas juga ya,..” kata Dede salah satu dari gengnya Nina.
“Lumayan.. sepertinya gue suka dech.. dengan tempat ini,” kata Nina..
“Ah,.. Lhu.. serba suka aza… ada kucing lewat juga lhu suka..” kata Lusi menimpalinya.
“Bukan gitu Beb.. tapi, .. ini tempat memang bagus kok, dan gue harus bangga negeri kita ini dikasih banyak pantai, termasuk .. ya ini Pantai Tanjung Baru.” Kata nina.

“Ok,. Dach… terus sekarang gue mesti kemana nich.. buat cari infom tentang pantai ini,..” Tanya lusi
“Tuh.. ada nenek – nenek.. kita Tanya yuk,..” kata Dede..
“Ah,, parah lhu.. nanya ke nenek – nenek… mending mending gak pikun.. kalo pikun,, .. gini aza.. tuh.. ada cowok ganteng.. gimana kalo kita kesana..”.. kata Lusi.
“Percuma gak bakalan naskir lhu..” timbale Dede.
“dari pada lhu… nenek nenek… apa yang diarepin… pikunnya… he he…” kata Dede meledek.
“sekarang … gue yang mutusin.. gimana kalo kita Tanya kepemilik warung,, sambil minum eS.. kan enak…” kata Nina.
“Ok, dach.. kalo gitu.. ketua harus.. turun tangan buat wawancara..:” kata Dede dan Lusi.
“Ok,.. “ ..
Mereka bertida segera mencari sumbernya, dan belum juga dape sumber yang di cari, Lusi udah merasa kehausan melihat ada tukang, dan kebetulan ada tukang eS pati keliling yang menawarkannya, ya udah Lusi langsung serobot aza buat membelinya.. di tambah yang jualan nya ganteng…

“Mas.. eS nya berapa satu?” Tanya Lusi
“Dua Ribu Neng..” kata tukang eS yang punya nama Rudi
“Mahal banget.. seribu aza ya…” Tanya Lusi.
“Belum dapet Neng..” kata Rudi si tukang eS
“Kalo Tiga Lima Ribu gimana.. boleh ya..” Tanya Lusi
“Nawar mulu lhu..” kata Dede
  Gimana .. ya, .. boleh deh..” kata Rudi
Nina, Lusi, dan Dede lalu mengambil nya dan langsung diseruputnya tanpa sisa.
“Enak juga.. eS nya.. “ kata Lusi yang udah lebih dulu habis.
“Oh,.. ya.. Mas asli orang sini… ya mas..” Tanya Nina
“ya,, saya asli dari sini… ada apa ya..?” kata rudi
“Ga,.. mau Tanya Tanya aza.. bolehkan..?’’ Tanya Nina
“Boleh.. aza.. mau Tanya apa..”
“Mas Kalo Tanya nama boleh..” kata Lusi sambil becanda.
“Boleh…”

Satu persatu pertanyaan mulai dilontarkan, dan Rudi pun menjawab ala kadarnya… jika ia tahu ia menjawabnya. Lusi, Nina, dan Dede tidak cukup melontarkan satu pertanyaan, ia mulai bertanya mulai dari latar belakang, sejarah,  dan termasuk tentang Rudi, “Mas udah punya pacar belum”.. Tanya Lusi..

“Ah.. lhu.. nanya yang gak penting..” kada Dede
“Udah,.. mas.. jangan dijawab..”

Awalnya hanya.. membli eS.. dan akhirnya berkenalan, dari situlah informasi tentang tanjung baru pun didapatnya.. walo belum lengkap. Dan tidak hanya sekedar kenalan mereka  lalu bertukar nomor HP,

Rudi pun melanjutkan aktivitas nya kembali sebagai Tukang eS keliling, sambil berjalan ia menawarkan eS kepada tiap pengunjung.

“Rudi ganteng juga ya..” kata Lusi memujinya.
“Ganteng sih… tapi, .. sayank.. tukang eS..” kata Dede
“Ye, .. yang penting hahal.. Coy.. dari pada anak Babeh… hasil KORUPSI, masih mending Rudi.. bisa kerja sendiri.”

Nina sepertinya tidak mau meladeni kata kata dede dan Lusi, ia dengan kamera diigitalnya… mulai memotret, pemandangan Pantai tanjung baru. Dan disaat kebetulan waktu itu banyak hal yang menarik buat di poto, mulai dari jukung yang melewat, orang memancing, begitu juga deru ombak yang menghampirinya.
Setelah selesai memotret.. Nina mengajak teman gengnya untuk ke warung, sambil memesan ikan bakar etong, ia menyempatkan diri untuk mewawancarai  si pemilik warung, untuk menambah bahan buat bikin makalah nanti.

***

Satu Minggu sudah berlalu dari pantai Tanjung Baru, tapi sepertinya masih ada yang kurang dari laporan yang di buat oleh Nina bersama gengnya. Untung nya Nina menyimpan nomor Hp kepunyaan Rudi, pemuda yang ia kenal di Pantai Tanjung Baru. Jadi jika ada yang perlu di tanyakan ia tak segan menghubungi rudi, entah lewat sms atau telepon langsung.

Awalnya hanya sekedar Tanya – Tanya tentang pantai Tanjung Baru, lama kelaman Nina, Lusi dan Dede akhirnya jadi sering sms an kadang telpon – telpon nan. Dan Lusi kelihatannya mulai naksir Rudi, ia sebenarnya suka sama Rudi saat pandangan pertama. Tapi Rudi sikap nya biasa biasa saja pada Lusi.

Di sudut kamar dengan cat tembok warna pink di kasih variasi kartun kartun lucu, dengan coretan garis berwaran hijau daun muda, ada seorang gadis cantik yang tengah melamun, terlintas wajah seorang pemuda tampan dari Pantai Tanjung Baru selalu menghisi kegaduhan hatinya. Ia tak bisa membohongi, dan selalu memuji akan Rudi, dan lama kelamaan perasaan itu pun seakan mengalir kedalam tubuhnya, mengikat begitu kuat dengan dorongan rindu pada dirinya. Rindu ingin bertemu, rindu ingin berbicara, rindu ingin ada didekatnya, tapi … itu hanya sekedar rindu saja. Karena ujung – ujung nya Nina tak akan mengakuinya, sekali pun di depan temanya sendiri, apalagi di depan Rudi, toh terlihat jelas saat nina menelpon Rudi ia kelihatannya biasa- biasa saja, sepertinya orang yang tak pernah menyimpan rindu sedikitpun.

Di tempat lain Lusi sedang menutak atik HP.. ia lagi asiyk buat sms buat Rudi.
“Hi… ge..NgapaINNN ne..” kata Lusi dalam sms nya. Tak begitu lama Rudi membalasnya, dan Lusi pun membalas kembali, lama juga keduanya saling sms an, saling membalas, saling becanda. Lusi kelihatan begitu sangat perhatian membaca sms dari Rudi, ia memcoba memancing dengan membawa Nina dalam candanya, soalnya Lusi mulai membaca gerak dari kata kata Rudi yang sepertinya sangat mengharap pada Nina. Dan ternyata dugaan Lusi tak salah kalo Rudi punya perasaan pada Nina.

Bagi Lusi dengan tahunya persaan Rudi pada Nina, ia sedikit luka juga, tapi ia tahu yang disukai Rudi adalah temannya sediri, dan lebih dari sekedar teman, ia pun bercerita pada Nina tentang Rudi padanya.

Nina merasakan apa yang di ceritakan Lusi, tapi entah alasan apa perasaan itu selalu di tutupinya, sekali pun ia tahu kalau dirinya selalu merindukannya.

***
Dan kini semua itu hanya tinggal cerita yang tercatat di masing – masing diary. Karena Lusi, Nina, dan Dede kini sudah duduk di bangku kuliah. Jadi tidak perlu lagi mencatat tetang pantai tanjung baru, semua itu telah ia jadikan kenangan bagi nya.
Tapi kenangan itu seakan selalu mengikuti langkah kakinya, kadang bila berkumpul suka diceritakan kembali tentang Rudi pemuda dari pantai tanjung baru. Walau Nina, Lusi, dan Dede sudah tidak lagi berhubungan dengan Rudi, entah lewat sms, apalagi telepon.

Pada suatu hari Nina tengah asyik mengitu jam kuliah kebetulan hari ini mood Nina lagi bagus. Sang Dosen sesekali bercerita tentang hal yang lucu, kadang begitu lantang membahas materi yang disampaikannya. Nina keliatan khusu sekali, dan dari kesungguhannya ia memperhtikan sang Dosen, ia lama kelamaan memikirkan Rudi, Karen cara bicara Dosen itu mirip dengan ganya bicaranya Rudi.

Tak terasa dua jam telah berlalu, Nina kelihataanya semakin melamun saja. Dalam lamunannya ia buka kembali kenangan di pantai tanjung baru. Kenangan itu  mengiktui Persaan annya , rasa sayang  kepadanya, rasa cintanya yang seakan tak bisa dibendung lagi, ia ingin mengungkapkannya.

***
Dalam ruangan itu agak sedikit riuh, karena sang Dosen sudah berpamitan, untuk pidah jam ke kampus lain.  tapi Nina kelihatannya lesu, jadi tak bersemangat. Ia ingin segera meninggalkan bangku kuliahnya,.. ingin pergi ke pantai tanjung baru. Tapi masih ada jam berikutnya yang harus ia ikuti.

Jam ke dua sudah berlalu, kini memasuki jam ke tiga. Langkah nya tenang, penampilannya menarik, dan keadaan yang semula riuh menjadi hening saat iSang Dosen memasuki ruangan itu.
Dosen itu mulai memeperkenalkan dirinya,.. tapi ia belum menyebutkan namanya, .. lalu sedikit bercerita saat ia masih duduk di bangku kuliah, saat ia ngekos, dan saat ia mendapat niali “A”, dan  sedikit bercerita di masa lalunya saat ia berjualan ES,.. di pantai tanjung baru… sambil bercanda ia mengupas sedikit kenangan saat bertemu dengan tiga cewe cantik,.. “Itu pengalaman pertama pada seorang wanita” katanya sedikit becanda.

Nina terdiam saat kata-kata itu diucapkan. Ia seperti bermimpi, sangat tak percaya bila yang didepannya itu adalah Rudi. Wajah nya mirip, gaya dan penampiannya mirip, lalu .. mungkinkah ia Rudi..

Dan .. apa yang diucapkan Dosen itu… katanya, “Rudi” itu nama yang dimilikinya.

Nina semakin tak percaya,.. bila rasa rindunya akan terbalas… wajahnya begitu sangat ceria.. saat nama itu diucapkannya.

Tapi apa yang dijawab oleh Rudi,..
“Kebetulan baru tiga bulan saya menikah..” jawab Rudi.. saat ada yang bertanya statusnya.

Catatan Tanjung Baru.. sekan belum selesai, Nina lalu menulis kembali catatan itu, Tentang Rudi, yang dulu seorang penjual Es, hingga kini menjadi Dosen untuk dirinya. Sambil ia pendam perasaanya semakin dalam lagi… saat ia tahu kalau Rudi sudahpun beristri.

..Selesai..

Thursday 14 August 2014

CATATAN TANJUNG BARU

CERPEN

CATATAN TANJUNG BARU

OLEH : ASMARI PUISI

Cerita ini haya piktif belaka

Mobil Bis Pariwisata udah tiba di depan jalan Gedung SMU N 3 Abu abu, ada kunjungan ke salah satu wisata Pantai Tanjung Baru . “Kenapa sih kok mesti Tanjung baru.. kan ada yang lebih bagus gitu..?”  kata salah satu siswa yang akan ikut pada rombongan.
Mungkin sang panitia sengaja memilih pantai Tanjung Baru, karena bia sekalian tahu, dan untuk menambah pengalaman baru. Soalnya bila yang di tuju hal yang sudah sering di lihat mungkin akan bosan juga. Mungkin gak akan punya cerita baru.

Hari semakin panas saja, matahari semakin siang terlihat semakin tinggi. Mobil Bis yang tadi kosong sekarang sudah penuh oleh rombongan siswa SMU N 3, Dan perjalanan pun akan segera dimulai “Anak-anak sebelum berangkat baca Do’a dalam hati agar perjalanan kita selamat dan lancer.. Amiin.” Kata salah satu Guru yang ikut membimbing.

Roda ban mobil bis pelan-pelan berputar… awalnya begitu lambat, lama kelamaan perputaran roda bi situ semakin cepat mengikuti jarum yang ada pada kilometernya, sesekali sang sopir melihat kilometer yang ada di dekatnya untuk melihat kecepatan yang dilajunya.

Tak terasa perjalanan pun hamper tiba disuatu tempat tujuan, dan kebanyakan dari awak rombongan tertidur, tapi ada juga asyik maen game di HP nya, ada pula yang lagi ngedengerin music.

“Ini saya belok apa luru.. Cuy…” kata pak supir…  bertanya pada anak-anak
“belok.. belok.. belok.. tuh ada Plang nya..” kata anak-anak dijawab serempak..

Dan tak lama kemudian sampailan rombongan itu tiba disuatu tempat Pantai Tanjung Baru.

Mobil pun diparkirnya, lalu satu persatu rombongan turun dari mobil, Nina dengan dua orang gengnya turun paling akhir. Kemanapun pergi Mereka sesalu bertiga, “Namanya juga satu geng, ya iyalah…” celetuknya. Tiap kali ada yang Tanya..”bertiga melulu nich…”.

Study tour kali ini siswa ditugaskan untuk membuat Makalah tentang “Pantai Tanjung Baru” jelas saja gengnya Nina baru aja turun udah siap – siap mempersiapkan segudang pertanyaan buat mewawancarai ke tiap orang yang bisa memberikan informasi tetang Pantai tanjung baru.  Mulai dari latar belakang sampai ke BAB  penutup. “Ok dech.. ciapa takut..” ucapnya..

“Hmmm…. Pantainya luas juga ya,..” kata Dede salah satu dari gengnya Nina.
“Lumayan.. sepertinya gue suka dech.. dengan tempat ini,” kata Nina..
“Ah,.. Lhu.. serba suka aza… ada kucing lewat juga lhu suka..” kata Lusi menimpalinya.
“Bukan gitu Beb.. tapi, .. ini tempat memang bagus kok, dan gue harus bangga negeri kita ini dikasih banyak pantai, termasuk .. ya ini Pantai Tanjung Baru.” Kata nina.

“Ok,. Dach… terus sekarang gue mesti kemana nich.. buat cari infom tentang pantai ini,..” Tanya lusi
“Tuh.. ada nenek – nenek.. kita Tanya yuk,..” kata Dede..
“Ah,, parah lhu.. nanya ke nenek – nenek… mending mending gak pikun.. kalo pikun,, .. gini aza.. tuh.. ada cowok ganteng.. gimana kalo kita kesana..”.. kata Lusi.
“Percuma gak bakalan naskir lhu..” timbale Dede.
“dari pada lhu… nenek nenek… apa yang diarepin… pikunnya… he he…” kata Dede meledek.
“sekarang … gue yang mutusin.. gimana kalo kita Tanya kepemilik warung,, sambil minum eS.. kan enak…” kata Nina.
“Ok, dach.. kalo gitu.. ketua harus.. turun tangan buat wawancara..:” kata Dede dan Lusi.
“Ok,.. “ ..
Mereka bertida segera mencari sumbernya, dan belum juga dape sumber yang di cari, Lusi udah merasa kehausan melihat ada tukang, dan kebetulan ada tukang eS pati keliling yang menawarkannya, ya udah Lusi langsung serobot aza buat membelinya.. di tambah yang jualan nya ganteng…

“Mas.. eS nya berapa satu?” Tanya Lusi
“Dua Ribu Neng..” kata tukang eS yang punya nama Rudi
“Mahal banget.. seribu aza ya…” Tanya Lusi.
“Belum dapet Neng..” kata Rudi si tukang eS
“Kalo Tiga Lima Ribu gimana.. boleh ya..” Tanya Lusi
“Nawar mulu lhu..” kata Dede
  Gimana .. ya, .. boleh deh..” kata Rudi
Nina, Lusi, dan Dede lalu mengambil nya dan langsung diseruputnya tanpa sisa.
“Enak juga.. eS nya.. “ kata Lusi yang udah lebih dulu habis.
“Oh,.. ya.. Mas asli orang sini… ya mas..” Tanya Nina
“ya,, saya asli dari sini… ada apa ya..?” kata rudi
“Ga,.. mau Tanya Tanya aza.. bolehkan..?’’ Tanya Nina
“Boleh.. aza.. mau Tanya apa..”
“Mas Kalo Tanya nama boleh..” kata Lusi sambil becanda.
“Boleh…”

Satu persatu pertanyaan mulai dilontarkan, dan Rudi pun menjawab ala kadarnya… jika ia tahu ia menjawabnya. Lusi, Nina, dan Dede tidak cukup melontarkan satu pertanyaan, ia mulai bertanya mulai dari latar belakang, sejarah,  dan termasuk tentang Rudi, “Mas udah punya pacar belum”.. Tanya Lusi..

“Ah.. lhu.. nanya yang gak penting..” kada Dede
“Udah,.. mas.. jangan dijawab..”

Awalnya hanya.. membli eS.. dan akhirnya berkenalan, dari situlah informasi tentang tanjung baru pun didapatnya.. walo belum lengkap. Dan tidak hanya sekedar kenalan mereka  lalu bertukar nomor HP,

Rudi pun melanjutkan aktivitas nya kembali sebagai Tukang eS keliling, sambil berjalan ia menawarkan eS kepada tiap pengunjung.

“Rudi ganteng juga ya..” kata Lusi memujinya.
“Ganteng sih… tapi, .. sayank.. tukang eS..” kata Dede
“Ye, .. yang penting hahal.. Coy.. dari pada anak Babeh… hasil KORUPSI, masih mending Rudi.. bisa kerja sendiri.”

Nina sepertinya tidak mau meladeni kata kata dede dan Lusi, ia dengan kamera diigitalnya… mulai memotret, pemandangan Pantai tanjung baru. Dan disaat kebetulan waktu itu banyak hal yang menarik buat di poto, mulai dari jukung yang melewat, orang memancing, begitu juga deru ombak yang menghampirinya.
Setelah selesai memotret.. Nina mengajak teman gengnya untuk ke warung, sambil memesan ikan bakar etong, ia menyempatkan diri untuk mewawancarai  si pemilik warung, untuk menambah bahan buat bikin makalah nanti.

***

Satu Minggu sudah berlalu dari pantai Tanjung Baru, tapi sepertinya masih ada yang kurang dari laporan yang di buat oleh Nina bersama gengnya. Untung nya Nina menyimpan nomor Hp kepunyaan Rudi, pemuda yang ia kenal di Pantai Tanjung Baru. Jadi jika ada yang perlu di tanyakan ia tak segan menghubungi rudi, entah lewat sms atau telepon langsung.

Awalnya hanya sekedar Tanya – Tanya tentang pantai Tanjung Baru, lama kelaman Nina, Lusi dan Dede akhirnya jadi sering sms an kadang telpon – telpon nan. Dan Lusi kelihatannya mulai naksir Rudi, ia sebenarnya suka sama Rudi saat pandangan pertama. Tapi Rudi sikap nya biasa biasa saja pada Lusi.

Di sudut kamar dengan cat tembok warna pink di kasih variasi kartun kartun lucu, dengan coretan garis berwaran hijau daun muda, ada seorang gadis cantik yang tengah melamun, terlintas wajah seorang pemuda tampan dari Pantai Tanjung Baru selalu menghisi kegaduhan hatinya. Ia tak bisa membohongi, dan selalu memuji akan Rudi, dan lama kelamaan perasaan itu pun seakan mengalir kedalam tubuhnya, mengikat begitu kuat dengan dorongan rindu pada dirinya. Rindu ingin bertemu, rindu ingin berbicara, rindu ingin ada didekatnya, tapi … itu hanya sekedar rindu saja. Karena ujung – ujung nya Nina tak akan mengakuinya, sekali pun di depan temanya sendiri, apalagi di depan Rudi, toh terlihat jelas saat nina menelpon Rudi ia kelihatannya biasa- biasa saja, sepertinya orang yang tak pernah menyimpan rindu sedikitpun.

Di tempat lain Lusi sedang menutak atik HP.. ia lagi asiyk buat sms buat Rudi.
“Hi… ge..NgapaINNN ne..” kata Lusi dalam sms nya. Tak begitu lama Rudi membalasnya, dan Lusi pun membalas kembali, lama juga keduanya saling sms an, saling membalas, saling becanda. Lusi kelihatan begitu sangat perhatian membaca sms dari Rudi, ia memcoba memancing dengan membawa Nina dalam candanya, soalnya Lusi mulai membaca gerak dari kata kata Rudi yang sepertinya sangat mengharap pada Nina. Dan ternyata dugaan Lusi tak salah kalo Rudi punya perasaan pada Nina.

Bagi Lusi dengan tahunya persaan Rudi pada Nina, ia sedikit luka juga, tapi ia tahu yang disukai Rudi adalah temannya sediri, dan lebih dari sekedar teman, ia pun bercerita pada Nina tentang Rudi padanya.

Nina merasakan apa yang di ceritakan Lusi, tapi entah alasan apa perasaan itu selalu di tutupinya, sekali pun ia tahu kalau dirinya selalu merindukannya.

***
Dan kini semua itu hanya tinggal cerita yang tercatat di masing – masing diary. Karena Lusi, Nina, dan Dede kini sudah duduk di bangku kuliah. Jadi tidak perlu lagi mencatat tetang pantai tanjung baru, semua itu telah ia jadikan kenangan bagi nya.
Tapi kenangan itu seakan selalu mengikuti langkah kakinya, kadang bila berkumpul suka diceritakan kembali tentang Rudi pemuda dari pantai tanjung baru. Walau Nina, Lusi, dan Dede sudah tidak lagi berhubungan dengan Rudi, entah lewat sms, apalagi telepon.

Pada suatu hari Nina tengah asyik mengitu jam kuliah kebetulan hari ini mood Nina lagi bagus. Sang Dosen sesekali bercerita tentang hal yang lucu, kadang begitu lantang membahas materi yang disampaikannya. Nina keliatan khusu sekali, dan dari kesungguhannya ia memperhtikan sang Dosen, ia lama kelamaan memikirkan Rudi, Karen cara bicara Dosen itu mirip dengan ganya bicaranya Rudi.

Tak terasa dua jam telah berlalu, Nina kelihataanya semakin melamun saja. Dalam lamunannya ia buka kembali kenangan di pantai tanjung baru. Kenangan itu  mengiktui Persaan annya , rasa sayang  kepadanya, rasa cintanya yang seakan tak bisa dibendung lagi, ia ingin mengungkapkannya.

***
Dalam ruangan itu agak sedikit riuh, karena sang Dosen sudah berpamitan, untuk pidah jam ke kampus lain.  tapi Nina kelihatannya lesu, jadi tak bersemangat. Ia ingin segera meninggalkan bangku kuliahnya,.. ingin pergi ke pantai tanjung baru. Tapi masih ada jam berikutnya yang harus ia ikuti.

Jam ke dua sudah berlalu, kini memasuki jam ke tiga. Langkah nya tenang, penampilannya menarik, dan keadaan yang semula riuh menjadi hening saat iSang Dosen memasuki ruangan itu.
Dosen itu mulai memeperkenalkan dirinya,.. tapi ia belum menyebutkan namanya, .. lalu sedikit bercerita saat ia masih duduk di bangku kuliah, saat ia ngekos, dan saat ia mendapat niali “A”, dan  sedikit bercerita di masa lalunya saat ia berjualan ES,.. di pantai tanjung baru… sambil bercanda ia mengupas sedikit kenangan saat bertemu dengan tiga cewe cantik,.. “Itu pengalaman pertama pada seorang wanita” katanya sedikit becanda.

Nina terdiam saat kata-kata itu diucapkan. Ia seperti bermimpi, sangat tak percaya bila yang didepannya itu adalah Rudi. Wajah nya mirip, gaya dan penampiannya mirip, lalu .. mungkinkah ia Rudi..

Dan .. apa yang diucapkan Dosen itu… katanya, “Rudi” itu nama yang dimilikinya.

Nina semakin tak percaya,.. bila rasa rindunya akan terbalas… wajahnya begitu sangat ceria.. saat nama itu diucapkannya.

Tapi apa yang dijawab oleh Rudi,..
“Kebetulan baru tiga bulan saya menikah..” jawab Rudi.. saat ada yang bertanya statusnya.

Catatan Tanjung Baru.. sekan belum selesai, Nina lalu menulis kembali catatan itu, Tentang Rudi, yang dulu seorang penjual Es, hingga kini menjadi Dosen untuk dirinya. Sambil ia pendam perasaanya semakin dalam lagi… saat ia tahu kalau Rudi sudahpun beristri

Saturday 26 February 2011

CINTA DIDEPAN BIBIR




cerpen / asmari


CINTA DIDEPAN BIBIR

Cuaca hujan, dibarengi angin yang meniup agak kencang, menusuk pada tulang sumsum. Rio Paneta bersama kedua temannya terjebak hujan saat ia sedang menju rumah Ai Nuri, seorang gadis cantik yang masih duduk dibangku SMA.

Demi cinta, apa rintangan, apapun halangan, tak pernah dipedulikan sama Rio Paneta. Dulu saat Ai Nuri masih tinggal di Jakarta ia bisa bertemu tiap hari, karena Rio satu kelas dengan Ai. Namun kini semua telah berubah, saat Ai Nuri memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya dikampungnya sendiri. Karena Ibunda Ai Nuri sekarang-sekrang ini selalu terjatuh sakit.

"Men!...hujannya makin besar??" kata Sandi, salah satu teman Rio

"Sepertinya aku tak tahan, ..kita pulang aza yuk??!!" tambah Abil, teman Rio yang kedua.

"Sebentar lagi kita sampe, setelah hujan reda kita lanjutkan perjalan, OK!!!" timbale Rio.

"Berapa jauh lagi Men???" tanya Abil.

"Ya…kira-kira 20 kilo meter lagi…" jawab Rio.

Dan rupanya cuaca hari ini betul – betul kurang bersahat dengan perjalanan Rio. Hujan yang dikira akan reda, ternyata tak kunjung reda. Malah semakin besar saja, dibarengi petir yang menggelegar. Sesekali petir itu seakan menyentuh gubuk yang menauinginya.

"Mau kapan hujan ini akan berhenti??.." kata Abil

"Mungkin bentar lagi akan berhenti." Jawab Sandi

"Gue harap begitu.." tambah Rio.

***

Perjalanan dilanjutkan setelah hujan reda. Ketiga cowok itu masuk dalam mobil dan langsung tanjap menuju tujuannya. Rio yang jadi pilot kelihatan bersemangat, sedang kedua temannya terlihat melamun, sambil kedua tangannya memegangi perut.

"Lapar Man!!!" kata Abil.

"Itu sama… Gue pun lapar." Tambah Sandi.

"Kita cari warung, OK!!!" kata Rio. Sambil dijawab serempak oleh Sandi dan Abil.

***

Perjalanan yang melahkan akhirnya sampe juga di sebuah kampong nan sunyi, sejuk dan indah. Kapung dimana Ai Nuri dilahirkan.

Udara pagi ini sepertinya sangat cerah. Burung-burung kerkicau begitu merdu, sura dedaunan yang tertiup angin menjadi ciri khas tersendiri.

"Oh…. Indah sekali….." kata Sandi saat menatap bukit-bukit kecil dekat pesawahan.

"Inilah salah satu surga dunia, aliran air yang mengalir jernih, yang bersih, dan sejuk. Tak seperti dikota yang engap dan pengap." Kata Rio.

"Men, kita lari-lari kecil yuk..sambil keliling kampong, biar gue tahu luar dalemnya kampung ini. " ajak Abil.

"Pengen liat kampungnya apa liat cewenya lhu…" tandas Sandi.

"Keduanya ciii… he he…" jawab Abil.

"Ok, man…" kata Abil menunjuk ke Rio.

"Ok," jawab Rio.

"Ya, udah sekarang kita cabut." Sambung Sandi.

"Eit, tunggu dulu … ga pake sepatu ne…" Tanya Abil..

"Ga usahlah,…" jawa Sandi.

"Nyeker ne…., ga takut …..??" Tanya Abil

"Knapa mesti takut…. Kali – kali telapak kaki ne menyentuh tanah…" jawab Sandi.

"Gmana man…??" tanya Sandi menunjuk pada Rio.

"Ok, ..sekarang kita cabut." Jawab Rio.

Ketiga cowok itu, berlari-lari kecil mengelilingi kampung yang begitu baru bagi ketiganya. Mereka berlari hanya mengekana kaos dan celana pendek, plus telanjang kaki. Maklum pesiapannya kurang kumplit.

Saat berlari, orang – orang kampung pada melihatnya, saat berpapasan mereka saling berbisiK. "Anak baru ya.." tandas mereka.

Satu persatu dilaluinya rumah – rumah di kampung itu, satu persatu jua dijumpainya penduduk dikampung itu.

Abil terlihat semangat, apalagi saat melihat cewe cewe cantik, kedua matanya melotot tak mau kedip.

"Man.. rumahnya Ai belah mana?" Tanya Abil.

"Dari sini lurus ikuti sungai kecil ini, nanti ada rumah yang dekat sawah, nah itu rumahnya." Jawab Rio.

"You.. pernah maen kerumahnya?" Tanya Sandi.

"Pernah, dulu waktu SMP kelas 2, kebetulan Mami ma Papi pengen maen ke kampungnya Mang Cuing." Jawab Rio.

"Men.. gimana kalo sekarang kita kerumah Ai?" Tanya Sandi.

Rio berpikir sejenak, belum jug Rio menjawab Abil telah mendahuluinya.

"Jangan sekarang, .. gimana kalo nanti malm? Pake mobil lah…. Masak anak sang direktur jalan kaki, Nati disangkanya anak kere lagi…" jawab Abil.

"Tapi Gue nunggu keputusan Rio. Giman men?" Tanya Sandi.

"OK, ..Gue setuju," jawab Rio sambil berlari kecil.

Mereka bertiga akhirnya menuju kerumah Ai, berlari mengikuti sungai kecil, dan tak lama kemudian sampelah didepan rumah Ai. Lalu Rio memberi salam pada Ibu nya Ai yang kebetulan sedang menyapu didepan halaman rumahnya.

"Assaalmu'alaikum,.." kata Rio.

"Walaikumsalam,.." jawab Ibu itu. Sambil kedua matanya menapat ke raut wajah Rio, lalu kedua mata Ibu itu menatapi juga pada bagian kaki Rio.

"Mau kesiap?" Tanya Ibu itu, sambil kedua matanya menatap sinis pada Rio.

"Maaf, mau ke Ai." Kata Rio.

"Ga, ada!!" jawab itu dengan cepat.

"O,.. ya udah, makasih ya bu.." kata Rio, lalu permisi meninggalkannya.

Ditengah perjalanan, Sandi dan Abil heran dengan sikap Ibu Ai.

"Kalo ga salah, gue liat Si Ai ada didalem deh." Tanya Sandi.

"Nah, itu masalahnya, Ibunya Rio ga mau putrinya bertemu ma kita-kita. Dia sangka gue ne orang kere. Liat aza.. nyeker semua." Jawab Abil.

"Tapi, ..kalo gue liat ..orang – orang yang gue jumpai semuanya pada nyeker tuh, tuh liat Ibu-Ibu itu yang pada mau kesawah. Nyeker kan..?, tu seorang gadis juga …semuanya nyeker… ga ada yang mewah.." kata sandi.

"Ya sudahlah.. mungkin memang Ai nya ga ada." Kata Rio.

***

Hari sudah sore, kira – kira sudah pukul 5 sore, matahari sudah membenamkan dirinya. Rio, Sandi dan Abil sedang berkumpul dengan Mang Cuing dan istrinya. Mang Cuing orang yang terkenal baik, ia dulu pernah bekerja menjadi tukang kebun di kakeknya Rio. Waktu ia bekerja ayah Rio begitu akrab sekali denga mang Cuing. Namun seteleh kakenya Rio meninggal mang Cuing tidak bekerja lagi. Ditambah usianya yang sudah tua. Sekalipun Ayah Rio meminta mang Cuing untuk tinggal di rumahnya, namun mang Cuing lebih memilih tinggal dikampung saja. Dan yang menjadi tukang kebun sekarang dirumah Rio adalah ayahnya Ai Nuri. Mulanya Ai Nuri pun ikut bersama ayahnya, sambil sekolah bersama Rio, itupun biaya sekolahnya ditanggung Ayah Rio.

Dua tahun telah dijalani Rio, tiap pergi sekolah dan pulang sekolah selalu bersama Ai Nuri. Namun setelah Ibunya Ai selalu sakit, akhirnya Ayah Ai meminta izin kepada Ayah Rio. Agar Ai bisa menemani Ibunya di kampung.

Yang menganal Rio hanyalah Ai dan Ayahnya, Ibunya Ai tidak perenah bertemu. Karena Ayah Ai bekerja di rumah Rio baru dua tahun ini, dan tidak pernah berkunjung kerumahnya. Kecuali kerumah Mang Cuing, bisa diakatakan hamper tiap tahun.

***

Malampun tiba, Rio berencana mau maen kerumah Ai bersama kedau temannya.

"Ok, men.. sekarang kerumah Ai pake mobil Ok!!!" kata Abil.

"Ah, lhu pake mobil melulu, mau lewat mana.. orang rumahnya za ditengah sawah.." kata Sandi.

"Iya juga, … terus jalan kaki lagi dah…" kata Abil "Ok dah, ….yuk sekarang Go …" sambung Abil ..

Rio , Abil, Sandi terlihat sedang tengah berjalan menuju rumah Ai, sesekali Abil menggoda tiap bertemu gadis cantik. Dan tak lama kemudian, sampelah meraka didepan rumahnya.

Sebelum Rio mengucap salam, Sandi melihat Ai masuk kedalam rumahnya. Begitu juga Abil, ia kenal betul itu adalah Ai yang dulu pernah sekelas dengannya. Rupanya Ai tak melihat ada Rio, Abil dan Sandi datang, karena memang jaraknyapun masih jauh 200 meter.

Tiba didepan rumah, seperti biasa Rio mengucap salam. Salampun dibalasnya oleh Ibunya Ai. Namun Ibu nya Ai bilang, "maaf, Ai nya lagi maen kerumah temennya, da ada dirumah.". Rio pun jadi lemas saat mendengar apa yang disampaikan Ibu nya Rio, dan Rio pun memutuskan untuk pulang .

Belum juga kaki Rio melangkah, secara tidak disengaja Ai keluar dari rumah, dan dilihat ada tiga cowok. Saat perma kali melihat Ai tidak percaya kalo itu Rio, Abil dan Sandi. Ini laksana mimpi. Namun dengan cepat Ibunya Ai menyuruh Ai untuk masuk kerumah. Ai pun tak mengerti dan sangat heran dengan sikap Ibu nya. Ai tak bisa berkata Ia pun masuk.

Rio, Abil, dan Sandi jadi bingung, apalagi saat Ibu nya Ai masuk tanpa permisi lagi, dan langsung menutup pintu rumahnya.

***

Dirumah mang Cuing, Rio, Sandi, dan Abil bercerita dengan apa yang terjadi saat maen kerumah Ai.

"Ya,.. ibu nya Ai memang bisa dibilang matre…nak, dulu pun ada sebelum Ai ke kota ada pemuda yang mencintai Ai, tapi Ibu Ai tidak menyetujuinya, dan Ai disuruhnya ke kota bersama Ayahnya." Kata mang Cuing.

***

Malam sudah semakin larut, Rio sepertinya tidak bisa tidur. Dan akhirnya Abil, Sandi yang sudah ngatukpun terbawa tidak bisa tidur.

"Apa yang dikatakan mang Cuing itu benar, Ibu nya Ai menganggap kita semua orang kere, jadi tidak diperbolehkan bertemu sama Ai, tapi ….men kepana you ga bilang kalo you itu anak majikanya." Kata Abil. Rio hanya terdiam.

"Betul juga, ….. men ..gimana kalo besok kita kesana lagi… gue tahu lhu kanget banget ma Ai,.. dan Gue juga yakin Ai pun sama." Kata Sandi.

"Ok, Gue setuju.. kalo Gue bertiga diusir,,, gue mau bilang kalo lhu itu anak sang Direktur, pengusaha kaya." Kata Abil.

"Ga usah, besok kita pulang saja ke Jakarata." Kata Rio…

"Apa????!!! Men……. Lhu kan belum ngobrol sama Ai…" kata Abil.

"Gue sudah bahagia walo hanya sekejap melihat Ai… dan besok Go Jakarta." Kata Rio.

Sandi, dan Abil tidak bisa menolaknya saat Rio mengajaknya kembali kejakarta. Kedua nya hanya mengikut saja.

***

Di tempat lain Ai hanya bisa menangis, ia tidak menyangka Ibu nya akan berbuat setega itu. Ai tahu Rio begitu sanyang padanya. Begitupun pada hati Ai yang mencintai Rio. Namun walau satu tahun lebih selalu bersama , walu satu tahun lebih cinta telah tumbuh didalam hati keduanya. Cinta susah untuk diucap. Sekalipun keduanya saling bertatap. Keduanya saling mengucap, tapi hanya ucapan obrolan saja. Cinta masing – masing merasakannya. Padahal cinta ada didepan bibirnya, tapi cinta tak bisa di ucapkanya.

***

Cinta didepan bibir masih tetap tak bisa diucapkan, dan kini telah menjadi kenangan. Setelah Ai bercerita pada Ibu nya tentang Rio yang sebenarnya anak majikannya. dan terlihat merah padam pada muka Ibunya. Ia tahu Rio sudah pun meninggalkan kampung nya. Dan Ai hanya bisa meminta maaf, cinta tak bisa diaktanya.